Webmail |  Berita |  Agenda |  Pengumuman |  Artikel |  Video

Rekonsiliasi

13 Juli 2019
12:32:19 WIB

Yohanes 21:15-19

Akhir-akhir ini setelah pilpres dan kemudian telah ditetapkan hasilnya maka muncul wacana rekonsiliasi antara kedua kubu yang selama ini bersaing dalam pilpres. Rekonsiliasi tersebut dirasa perlu untuk dilakukan oleh karena selama ini dirasakan adanya ketegangan yang berakibat pada terbelahnya masyarakat. Rekonsiliasi tersebut dimaksudkan agar masyarakat dapat bersatu kembali tanpa terpisahkan oleh pilihan politik sebelumnya.

Rekonsiliasi itu sendiri dalam arti kamusnya adalah “perbuatan memulihkan hubungan persahabatan ke keadaan semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan.” Dengan melihat pada makna kata tersebut, maka memang rekonsiliasi perlu untuk dilakukan. Namun demikian, keinginan tersebut kemudian menemui ganjalan tatkala salah satu pihak mengajukan persyaratan yang berupa permintaan-permintaan tertentu yang harus dipenuhi oleh pihak lainnya untuk mau melakukan rekonsiliasi.

Teks yang kita baca ini adalah suatu contoh adanya rekonsiliasi antara Yesus dan Petrus. Hubungan di antara keduanya dirasa menjadi renggang oleh karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Petrus. Dan oleh karenanya, Yesus melihat perlu untuk melakukan rekonsiliasi dengan Petrus. Andai saja Yudas tidak mengakhiri sendiri hidupnya tentu Yesus juga akan melakukan upaya rekonsiliasi dengan Yudas. Melalui upaya rekonsiliasi tersebut hubungan di antara keduanya dipulihkan.

Dalam kehidupan kita juga dapat mengalami kerenggangan hubungan baik antara diri kita dengan Tuhan maupun antara diri kita dengan orang lain. Untuk itulah kita perlu belajar dari Petrus yang berhasil dalam rekonsiliasinya dengan Yesus, sehingga ia kemudian justru menjadi pemimpin dari murid-murid Yesus lainnya.

1.     Dibutuhkan kerendahan hati

Petrus menunjukkan sikap yang berbeda setelah peristiwa penyangkalannya. Ia tidak lagi terlalu percaya diri dan lebih banyak diam. Tentunya ia menyadari kesalahannya selama ini. Ia juga terlihat menghormati Yesus (bd. 21:7). Hal seperti inilah yang kemudian membuka jalan bagi berhasilnya upaya rekonsiliasi.

Kadangkala mulut kita mengucapkan permintaan maaf, namun sikap kita menunjukkan bahwa tidak ada penyesalan dalam diri kita, misal: “maaf…, lha bagaimana lagi…” kata-kata tersebut jelas mengandung pembelaan diri yang ingin menunjukkan bahwa sebenarnya tidak bersalah. Selain itu Bahasa tubuh tentunya juga harus menunjukkan bahwa memang ada penyesalan. Kita dapat belajar bagaimana Tuhan menolak doa orang Farisi oleh karena kesombongannya (Luk. 18:9-14). Sebaliknya, doa seorang pemungut cukai yang penuh dengan pengakuan dosa didengarkan Tuhan. Dalam upaya rekonsiliasi diperlukan kerendahan hati dalam hal mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat oleh masing-masing pihak yang menyebabkan kerenggangan hubungan tersebut.

2.     Dibutuhkan keinginan yang kuat

Rekosiliasi dapat terwujud apabila ada kemauan yang besar untuk memulihkan keadaan. Petrus ketika mengetahui bahwa orang yang berada di pinggir danau tersebut adalah Yesus, maka ia segera terjun ke dalam danau untuk mendahului menemui Yesus. Mungkin saja ia ingin segera menyampaikan permintaan maafnya kepada Yesus. Namun demikian, Yesus tahu situasi yang paling baik untuk melakukan rekonsiliasi. Yesus mengajak Petrus dan murid-murid lainnya makan terlebih dahulu dengan tujuan tentu saja untuk membangun kembali komunikasi agar tidak menjadi kaku. Namun demikian, Yesus tentu melihat bahwa keinginan Petrus untuk memulihkan hubungan sangatlah besar.

Rekonsiliasi hanya dapat berhasil apabila ada niatan yang besar dari orang-orang yang sedang bersitegang untuk mau didamaikan. Niatan tersebut kemudian pastilah berusaha untuk diwujudkan dengan upaya-upaya mendekati orang-orang yang sedang berkonflik dengannnya.  Firman Tuhan mengajarkan kita untuk benar-benar mengusahakan perdamaian (Rm. 12:18).

3.     Dibutuhkan ketulusan

Tiga kali Yesus melemparkan pertanyaan yang sama kepada Petrus, dan Petrus juga menjawab “Engkau tahu”, yang artinya bahwa Petrus berusaha untuk jujur di hadapan Yesus dengan tidak lagi menyembunyikan sesuatu maksud yang lain. Ia membiarkan Yesus menyelidiki hatinya apakah memang sungguh-sungguh mengasihi-Nya.

Rekonsiliasi hanya dapat terwujud apabila didasari oleh niat yang tulus untuk semata-mata memulihkan hubungan yang telah renggang dan tidak menyembunyikan maksud tertentu untuk mengambil keuntungan dari upaya rekonsiliasi tersebut. Hal ini tentu juga termasuk tidak perlu untuk mengajukan permintaan atau tuntutan tertentu yang harus dipenuhi selain daripada menginginkan pulihnya hubungan itu sendiri.

4.     Dibutuhkan kesadaran akan tanggung jawab

Pertanyaan Yesus kepada Petrus tentang apakah ia mengasihi-Nya kemudian juga dilanjutkan dengan perintah “gembalakanlah domba-domba-Ku.” Hal ini membutuhkan suatu kesadaran Petrus bahwa rekonsiliasi yang tercapai bukanlah untuk kemudian ia dapat mengajukan permintaan atau tuntutan sesukanya tetapi bagaimana ia kemudian mewujudkan semangat rekonsiliasi tersebut untuk tetap menjaga agar hubungan tersebut tidak kembali renggang, yang salah satunya dengan kesediaannya melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Gurunya tersebut. Panggilan bagi setiap orang percaya untuk bersekutu, melayani, dan bersaksi adalah harus dikerjakan sebagai upaya untuk menjaga spirit rekonsiliasi sehingga kemudian tidak terjadi kembali kerenggangan hubungan dengan Tuhan. Rasul Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Filipi untuk mengejakan keselamatan yang telah diperoleh dengan takut dan gentar (Flp. 2:12-13). Dengan cara bagaimana? Tentu saja dengan mengerjakan kepercayaan dan tanggung jawab yang Allah berikan kepada kita. 

File Terbaru

Facebook Fanpage

TAUTAN EKSTERNAL